AGUS: SALAH 4 KALI
- Category: OPINION
- Published on Monday, 10 March 2014 02:50
- Written by Marketing, Events & External Relations
- Hits: 8316
Agus: Flash-back 4 Kesalahan
Sekitar 18 bulan yang lalu, pada tanggal 3 Februari 2014 lalu, SMAN Sumatera Selatan kedatangan 3 orang mahasiswa Sampoerna University, Jakarta. Mereka melaksanakan salah satu kewajiban sebagai mahasiswa tahun ke empat yaitu School Experience Program (SEP) atau umumnya disebut Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 bulan. Salah satu dari 3 mahasiswa tersebut adalah saya sendiri, penulis artikel ini. Iya saya.
Bagi saya yang notabennya “orang baru” di SMAN Sumsel ini, 2 Minggu pertama adalah masa beradaptasi terhadap lingkungan. Saya mencari tahu dan menerka-nerka seperti apa SMAN Sumsel & bagaimana saya harus bersikap selama disini supaya dapat menyelesaikan SEP dengan baik. Namun, tak pernah ku sangka, justru di 2 minggu pertama itulah saya melakukan 4 kesalahan.
Sebelum menceritakan 4 kesalahan saya, boleh ya saya memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Saya Agus, mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Sampoerna University. Bersama 2 orang teman, Leni dan Septy, saya disini melaksanakan SEP sekaligus belajar menjadi seorang guru dari para guru dan semua civitas akademika SMAN Sumasel. Menjadi guru adalah passion saya yang berkampung halaman di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Di OKI saya menyelesaikan masa sekolah MI, Mts., SMA dan sejak empat tahun terakhir saya melanjutkan pendidikan S1 di Jakarta. Dengan program Student Financing dari Putra Sampoerna Foundation, Insyallah saya tahun ini akan menamatkan pendidikan S1. Itulah sedikit perkenalan dari saya. Want to know more? Add my Facebook: AguZz Pujakesuma. ^^
Nah, diawal tulisan ini, saya menyebutkan 4 kesalahan saya selama 2 minggu di SMAN Sumsel. Kesalahan yang saya lakukan bukanlah suatu tindakan yang melanggar peraturan sekolah atau pun melanggar etika profesi guru. Saya melakukan kesalahan dalam hal pemikiran atau asumsi saya terhadap lokasi sekolah, para guru, kepala sekolah dan siswa-siswi SMAN Sumsel.
Sebelumnya, saya berfikir bahwa SMAN Sumsel terletak ditengah kota Palembang yang ramai dan terdengar suara bising kendaraan kota berlalu-lalang. Ouch, ternyata itu menjadi kesalahan saya yang pertama. Satu hari sebelum SEP dimulai, saya melakukan survey tempat dan memperkirakan jarak tempuh dari tempat tinggal sementara, Bukit Besar. Sejak hari itu saya tahu asumsi saya terhadap lokasi SMAN salah.
Lokasi SMAN Sumsel sangatlah kondusif untuk kegiatan belajar. Di Jakabaring, tepatnya 10 menit dari Jembatan Ampera, berdiri bangunan megah berpagar tingggi bertuliskan SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy). Disana, siapa pun akan merasakan suasana yang tenang dan hening tanpa terganggu suara bising kendaraan kota. Suasana seperti ini, menurut saya, ideal untuk belajar.
Sedikit cerita, Reynold Hutabarat, Pak Rey, begitu saya menyapa beliau, adalah orang pertama yang menyambut dan menanyakan nama saya dan kedua teman dihari pertama SEP. Saat itu beliau menyapa kami, “Hello, let me know your name. What’s your name?”. Lalu kami bertiga memperkenalkan diri. Beliau pun melanjutkan dengan memperkenalkan diri kepada kami. “My name is Rey”. Dalam hati saya merespon, "Ehmm pasti abang-abang ini guru baru. Muda dan sok akrab kayak lagi mencari temen." I am the school principal here." lanjut Pak Rey. Tetooot, itu kesalahan saya yang kedua. Ternyata, Pak Rey, si abang-abang yang ku maksud adalah kepala sekolah. I got wow-ed! Kepala sekolah disini muda banget. Usianya mungkin baru 30 tahun, cuma selisih 8 tahun dengan saya. :)
Tak cukup disana, kesalahan saya pun masih ada lagi. Satu minggu SEP, saya merasa gugup dan asing berada diruangan guru. Saya pun berpikir bahwa para guru diruangan ini individualis, serius sepanjang hari dan membeda-bedakan antara guru dan mahasiswa SEP. Untuk ketiga kalinya praduga itu salah. Sesat.
Para guru disini sangatlah peduli satu sama lain. Mereka pun memperlakukan saya, mahasiswa SEP yang lugu dan polos, dan kedua teman dengan sangat baik dan mengayomi. Apapun yang mereka lakukan, kami selalu diikut sertakan, mulai dari mengajar, kepanitiaan kegiatan sekolah, hingga merayakan hari ulang tahun salah seorang guru, Bu Titik, saya pun mendapat jatah traktiran Mie Ayam. Itu bukti bahwa persepsi saya sebelumnya terhadap mereka salah besar. Besar banget. Bahkan sekarang saya merasa berada ditengah keluarga bersama mereka. So sweet.
Memasuki minggu kedua, kesalahan saya yang keempat terungkap.
Salah satu kegiatan saya selama SEP adalah mengajar. Sebelum mangajar, saya mengira bahwa siswa-siswi SMAN Sumsel adalah pelajar yang aktif. Lagi-lagi saya salah. Setelah mengajar beberapa kelas, ternyata kata “aktif” tidak cukup untuk mendeskripsikan mereka. You know, mereka adalah pelajar yang “super-duper-amazingly-aktif” dikelas. Mereka tidak hanya aktif berfikir (Minds on) tetapi juga Hands on and Hearts on (aktif berkegiatan dan berperilaku dengan baik. Mereka adalah pelajar yang “Hands on, minds on and hearts on”. Serba ON.
Selain didalam kelas, dilingkungan sekolah pun mereka tetap menunjukkan sikap pelajar yang hearts on baik kepada para guru atau pun kepada saya. Saya tidak merasakan sikap deskriminasi dan bullying kepada saya. Setiap kali bertemu tak henti-hentinya mereka menyapa dan memberi senyuman terbaik kepada para guru dan saya. Mereka menunjukkan rasa hormat kepada semua orang dengan baik. Hal ini menyadarkan bahwa saya tidak perlu antisipasi akan sikap bullying terhadap saya, mahasiswa SEP, karena saya yakin mereka tidak akan melakukan itu.
Sebelumnya saya banyak mendapat cerita dari teman disekolah lain bahwa mahasiswa SEP akan mendapat perlakuan deskriminasi dan bahkan bullying dari para pelajar sekolahnya. Namun, itu cerita mereka. Disini, SMAN Sumsel, cerita saya berbeda. Hari demi hari saya jalani SEP ini dengan semangat hands on, minds on and hearts on seperti yang diajarkan oleh semua civitas akademika SMAN Sumsel, baik secara langsung dan tidak langsung, dari perkataan maupun perbuatan agar saya dapat menyelesaikan SEP dengan baik.
Terakhir, kini saya menyadari bahwa wajar saja saya melakukan 4 kesalahan itu karena tempat saya SEP ini adalah sebuah SMA bertaraf internasional, SMAN Sumatera Selatan dengan segala keunggulannya, bukan yang lain. Trust me.
Ini foto saya pertama kali makan siang masakan Catering Maharani. Perbaikan gizi banget. ^_^
Artikel ini flash-back dari salah satu guru Bahasa Inggris SMAN Sumsel saat ini, M. Agus Salim. Iya, mahasiswa SEP 18 bulan yang lalu itu kini officially registered as one of the English teachers in this internationally standardized boarding school, SMAN Sumatera Selatan.